Aku ingat, dua tahun yang lalu.
Saat raga'mu masih menapak di alam ini.
Kau masih bergulat dengan nafsu yang memburu.
Tak pernah terpuaskan, apa yang kau jalani.
Dan aku ingat, dua tahun yang lalu.
Disaat itu, kita masih bercumbu.
Kita bercinta, di romantisme yang salah.
Kemudian, aku ingat setahun yang lalu.
Berita duka, terdengar, menghentak jantungku.
Ya..itu tentang kamu,
Kamu yang kini telah pergi bersama heningnya waktu.
Sementara aku jauh dari pusara'mu.
Terbentang luasnya laut biru, aku tak dapat berkutik.
Aku lemah, kau dipanggil yang Kuasa ..
Setahun yang lalu, saat paling sesakkan dada.
Aku dengar, dan aku tak dapat berbuat.
Kau pergi dan aku disini.
Setahun berlalu..
Ku kirim do'a berbalut rindu.
Semoga, tiap iringan do'aku, sejukkan kau disana.
Memberi sedikit kehangatan, dari tiap pelukan do'a.
Ku tarikan jari jemari merangkai bait puisi, hanya untuk'mu.
Semoga menjadi penghibur dari sepi yang kau dera.
Tempat manakah, yang bisa menjaga roh dari ragamu disana.
Kenikmatan atau kesengsaraan.
Aku ingat, saat kau bawa aku pada nikmatnya surga dunia.
Apa disana masih bisa kau rasa, nikmat yang sama.
Kau pasti bertemu malaikat, yang mempertanyakan kehidupanmu.
Apa yang kau jawab, abang..
Kehilangan'mu, seperti kemarau yang tak pernah dihiasi air setetespun.
Terlalu naif, jika aku bilang aku kuat tanpamu.
Ya..sudah setahun lamanya.
Ragamu tak dapat kembali ku peluk.
Saat kematian itu datang padamu.
Aku tahu, kau sudah tak dapat lagi diberi kesempatan untuk mengatakan "jangan sekarang"
Aku pun semakin tahu, buku harian'mu terbawa bersama detik itu juga.
Tak dapat lagi ditarik, tak dapat lagi termaafkan.
Kau memang pernah memberikan cinta yang setia.
Maka, untuk kali ini beri aku waktu untuk cinta yang sama setianya.
Seperti ranting yang setia menunggu daun kembali bersemi.
Tapi, untuk'ku setia yang hanya bisa diucapkan, setia yang tak pernah bisa dituangkan.
Setia itu hanya pada kenangan.
Cukup dengan kamu ada dalam kenangan,
dan aku setia tanpa menghapus sedikitpun.
Ku titip salam perpisahan nan panjang, saat air mata ini terjatuh.
Ku titip rindu yang tak dapat diobati, saat syair ini ku baca kembali.
Sama seperti satu tahun lalu, Selamat Jalan Abang.
Lelaki hebat yang pernah kuat bertahan.
Bergelut dengan surga dunia bersama.
Aku mau, kau nikmati lagi surga, yang lebih nyata.
Kau Lelaki penghangat,
Karena jemarimu memberi ketenangan untukku.
Sampai bertemu lagi, kelak, saat aku juga bersama disana, dengan waktu yang masih rahasia.
Bersabarlah..
Aku masih setia disini, mengirimi'mu indahnya lantunan do'a.
Dan untuk hari ini, biarkan aku mengenang'mu sepanjang hari.
Meski mereka tak pernah mengijinkan itu.
Kata mereka, mati ya mati.
Tapi, bagiku mati itu masih ada dihati, bersama kenangan indah.
Jadi, jangan larang aku, untuk setia, pada lelaki penghangatku,
pada lelaki yang ku tunjuk itu kamu, abang.
-----------
Februari yang telah mati,
Berjudul "cinta kematian"
Valentine is dead.
Aghil, Yogyakarta, kenangan 5 februari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar