Minggu, 02 Juni 2013

Katamu..

Dengan raut wajah serius, ia pernah bilang padaku 
"Gunakanlah kata untuk menahan rindumu meski hanya sementara"
Maka, sejak saat itu, 
semua rindu ku tulis menjadi sajak.
Dan sekarang, sudah terlalu banyak.

(GeeR)

Jumat, 31 Mei 2013

Wish 'Bintang Kejora'

Setiap malam, ia berdiri di atas genteng
Gigil dingin merangkul bahu
Tangannya mendekap erat

Masih sabar menunggu
Mengunyah buah apel
Melirik detak jam di tangan

Sesekali nafas terdengar berat dihembuskan
Dan sesekali batu kerikil terdorong
Terjun bebas ke halaman
Oleh kaki mungilnya

Kantuk menggelantung di mata
Dibekapnya jaket berbulu
Hangatnya sementara

Warna awan semakin gelap
Diantara hitam pekat
Kemerlip bintang semakin terang

Ia tersenyum
Mendapati bintang yang ditunggu

Satu, dua..
Ia memejamkan mata
Sambil berkata

"Bintang kejora, kau saksi atas rinduku padanya"

(GeeR)

Pelangi


Anak perempuan berambut kepang
Berdiri
Menganga
Sambil berteriak
"Bu, pensil warna tumpah di langit!!'

(GeeR)

Selasa, 07 Mei 2013

Tanyaku


Aku siap menjadi senja
Yang kau tunggu di bukit bintang
 
Aku siap menjadi pasir pantai
Yang kau tiup serupa debu
 
Aku siap menjadi duri kaktus
Yang kau lindungi saat hujan deras
 
Apakah kau siap
Menjadi waktu
Yang menjelma mengikuti setiap langkahku

*GeeR

Kamis, 21 Maret 2013

Percakapan Dua Burung Liar




Ini bukan hutan, tak ada pohon lebat, ranting yang kuat. Mereka yang ada dibawah kami, bilang ini adalah kota besar. Hanya ada tiang-tiang beserta lilitan kabel, dan juga bangunan-bangunan kokoh yang menemani kami disini. Ah ya, satu lagi, tempatku tinggal ini persis diatas sebuah bangunan yang katanya ini rumah milik Pak Dani. Keluarga yang tidak harmonis, kebisingan setiap pagi mengalahkan suaraku dan teman-teman lain.
Hanya ditempat ini, aku merasa, aku dan pasanganku bisa tinggal dengan nyaman. Hari pertama tinggal, hanya ada aku dan pasangan. Merakit ranting kering demi kenyamanan tidur. Mencari makanan, hanya berdua. Tapi kini, sudah ada aku, pasanganku, dan juga dua anak.

Paginya begitu cerah, saatnya aku berkicau mendendangkan sebuah nada.
*cici cuuitt ciciii cuit

“Prang..”
Ya, apa ku bilang. Suara piring pecah dari rumah Pak Dani menganggu merdu suaraku. Mari kita perhatikan, peristiwa apa pagi ini yang terjadi di dapur.

“Mamaaaa…aku gak mau makan sayurnya !” teriak anak Pak Dani yang paling bontot sambil melempar piring.

Astaga, hanya karena sebuah sayur, piring melayang. Ku fikir karena ada kucing atau senggolan tangan.
*cuiit cuit

Anakku memanggil, akhirnya ku hentikan berdendang. Sepertinya mereka juga minta makan. Ku tinggalkan sejenak, pergi terbang bersama betinaku. Ku putari setiap pelosok, mencari hewan bergerak dari dalam tanah. Berhasil, ku bawa satu cacing tanah, agak gemuk. 

Dari paruhku, ku masukkan kedalam paruh anak-anakku. Mereka tak berkomentar, tak mengeluh. Ditelan si Cacing dengan lahap, sepertinya mereka memang lapar. Masing-masing mendapatkan dua cacing, dan tak selang 10 menit setelah makan mereka diam. Asik dengan dunia mereka sendiri.

Aku beranjak, terbang meninggalkan betinaku menjaga mereka. Hanya pergi sejenak, mengamati dunia yang ada dibawahku. Bertengger dikabel listrik, tenang ini tidak nyetrum, nyaman disini. Semua sudut dapat ku amati. Sembari menyaksikan hilir mudik manusia, temanku datang menyapa dan ikut bertengger bersama.

“Lihat itu, masih setiap pagi manusia berambut panjang itu memakai pakaian sependek itu sambil menjemur pakaian,” ucap temanku yang memang selalu suka pemandangan itu.

“Haha..Aku selalu penasaran dengan yang dilakukannya (menunjuk ke arah kakek tua), setiap pagi ia selalu berdiri memegang sapu, tapi nyatanya ia tak memulai untuk membersihkan halamannya,” 

“Mau ngintipin manusia berambut panjang itu kali,”

“Eh, enggak lah..!”

“Lalu apalagi, toh rumah mereka bersebelahan?”

“Tapi, sedaritadi matanya tidak mengarah kesana, justu ia selalu menghadap ke depan,”

“Ya yaa..silahkan saja perhatikan, aku bosan. coba lihat, ada perbedaan jauh lagi yang kita amati pagi ini. dua orang manusia yang mengantarkan anak mereka, manusia yang satu ia mengantar anaknya dengan mobil kinclong, dan yang satu hanya jalan kaki. dan, setahuku sekolah mereka sama, jaraknya dekat pula”

“Haha, ya namanya juga kebutuhan, yang ngantar pake mobil manusianya pasti ingin berlanjut pergi ketempat dia bekerja. sementara, yang jalan kaki mungkin saja dia tak ada kegiatan lalu pulang,”

“Bukan karena itu, tapi perbedaannya adalah dari segi “kekayaan” mereka. yang mengantarkan anaknya naik mobil itu dia mengandalkan pasangannya mencari kerja, dan dia tidak bekerja. sementara, yang jalan kaki justru dia ada kegiatan, dia berjualan di pasar seberang,”

“Sudah lihat itu !ada pergerakan dari pertanyaanku, si kakek tersenyum manis, lihat juga sepasang manusia dan seorang anak yang digendonegnya. rupanya si kakek menanti kepulangan mereka, lalu gunanya sapu untuk apa? apa hanya penanda biar orang tak bertanya?”

“Nah itu tahu, kata temanku, kakek itu menggunakan sapu biar tetangganya mengira ia asik membersihkan halaman, dia akan melakukannya jika ada yang melihat. Sedaritadi kamu tidak melihat ia membersihkan halaman karena ia tak melihat kita diatas sini,”

“Betul juga ya..dan kenapa kamu tertarik dengan manusia yang menjemur pakaian itu?”

“Karena dia cantik, udah aahh terbang dulu ya !”

Jawaban yang gamang ku dapati, seperti ada yang disembunyikan lalu pergi. Biarlah, setidaknya apa yang membuatku penasaran telah terjawab. Pagi ini menjadi sangat terik, tapi aku suka. Aku mendapati sebuah kunci tentang manusia. Mereka hidup untuk sebuah sikap, ada yang memang bergaya menggunakan mobil meski jarak yang ditempuh dekat. Ada yang hanya ingin menampilkan kesederhanaan, padahal mereka butuh. Dan juga, ia yang renta pun masih bermain sandiwara. Tak ingin terlihat susah, meskipun ia merindu orang yang datang.
*ci ci cuitt

Aku terbang kembali menuju sarang. Ku lihat betinaku dia tersenyum senang, tampak ia membutuhkanku pulang, menjaga sarang.
*Selesai*
GeeR