Ini bukan hutan, tak
ada pohon lebat, ranting yang kuat. Mereka yang ada dibawah kami, bilang ini
adalah kota besar. Hanya ada tiang-tiang beserta lilitan kabel, dan juga
bangunan-bangunan kokoh yang menemani kami disini. Ah ya, satu lagi, tempatku
tinggal ini persis diatas sebuah bangunan yang katanya ini rumah milik Pak
Dani. Keluarga yang tidak harmonis, kebisingan setiap pagi mengalahkan suaraku
dan teman-teman lain.
Hanya ditempat ini, aku
merasa, aku dan pasanganku bisa tinggal dengan nyaman. Hari pertama tinggal,
hanya ada aku dan pasangan. Merakit ranting kering demi kenyamanan tidur.
Mencari makanan, hanya berdua. Tapi kini, sudah ada aku, pasanganku, dan juga
dua anak.
Paginya begitu cerah,
saatnya aku berkicau mendendangkan sebuah nada.
*cici cuuitt ciciii
cuit
“Prang..”
Ya, apa ku bilang.
Suara piring pecah dari rumah Pak Dani menganggu merdu suaraku. Mari kita
perhatikan, peristiwa apa pagi ini yang terjadi di dapur.
“Mamaaaa…aku gak mau
makan sayurnya !” teriak anak Pak Dani yang paling bontot sambil melempar
piring.
Astaga, hanya karena
sebuah sayur, piring melayang. Ku fikir karena ada kucing atau senggolan
tangan.
*cuiit cuit
Anakku memanggil,
akhirnya ku hentikan berdendang. Sepertinya mereka juga minta makan. Ku
tinggalkan sejenak, pergi terbang bersama betinaku. Ku putari setiap pelosok,
mencari hewan bergerak dari dalam tanah. Berhasil, ku bawa satu cacing tanah,
agak gemuk.
Dari paruhku, ku
masukkan kedalam paruh anak-anakku. Mereka tak berkomentar, tak mengeluh.
Ditelan si Cacing dengan lahap, sepertinya mereka memang lapar. Masing-masing
mendapatkan dua cacing, dan tak selang 10 menit setelah makan mereka diam. Asik
dengan dunia mereka sendiri.
Aku beranjak, terbang
meninggalkan betinaku menjaga mereka. Hanya pergi sejenak, mengamati dunia yang
ada dibawahku. Bertengger dikabel listrik, tenang ini tidak nyetrum, nyaman
disini. Semua sudut dapat ku amati. Sembari menyaksikan hilir mudik manusia,
temanku datang menyapa dan ikut bertengger bersama.
“Lihat itu, masih
setiap pagi manusia berambut panjang itu memakai pakaian sependek itu sambil
menjemur pakaian,” ucap temanku yang memang selalu suka pemandangan itu.
“Haha..Aku selalu
penasaran dengan yang dilakukannya (menunjuk ke arah kakek tua), setiap pagi ia
selalu berdiri memegang sapu, tapi nyatanya ia tak memulai untuk membersihkan
halamannya,”
“Mau ngintipin manusia
berambut panjang itu kali,”
“Eh, enggak lah..!”
“Lalu apalagi, toh
rumah mereka bersebelahan?”
“Tapi, sedaritadi
matanya tidak mengarah kesana, justu ia selalu menghadap ke depan,”
“Ya yaa..silahkan saja
perhatikan, aku bosan. coba lihat, ada perbedaan jauh lagi yang kita amati pagi
ini. dua orang manusia yang mengantarkan anak mereka, manusia yang satu ia
mengantar anaknya dengan mobil kinclong, dan yang satu hanya jalan kaki. dan,
setahuku sekolah mereka sama, jaraknya dekat pula”
“Haha, ya namanya juga
kebutuhan, yang ngantar pake mobil manusianya pasti ingin berlanjut pergi
ketempat dia bekerja. sementara, yang jalan kaki mungkin saja dia tak ada
kegiatan lalu pulang,”
“Bukan karena itu, tapi
perbedaannya adalah dari segi “kekayaan” mereka. yang mengantarkan anaknya naik
mobil itu dia mengandalkan pasangannya mencari kerja, dan dia tidak bekerja.
sementara, yang jalan kaki justru dia ada kegiatan, dia berjualan di pasar
seberang,”
“Sudah lihat itu !ada
pergerakan dari pertanyaanku, si kakek tersenyum manis, lihat juga sepasang
manusia dan seorang anak yang digendonegnya. rupanya si kakek menanti
kepulangan mereka, lalu gunanya sapu untuk apa? apa hanya penanda biar orang
tak bertanya?”
“Nah itu tahu, kata
temanku, kakek itu menggunakan sapu biar tetangganya mengira ia asik
membersihkan halaman, dia akan melakukannya jika ada yang melihat. Sedaritadi
kamu tidak melihat ia membersihkan halaman karena ia tak melihat kita diatas
sini,”
“Betul juga ya..dan
kenapa kamu tertarik dengan manusia yang menjemur pakaian itu?”
“Karena dia cantik,
udah aahh terbang dulu ya !”
Jawaban yang gamang ku
dapati, seperti ada yang disembunyikan lalu pergi. Biarlah, setidaknya apa yang
membuatku penasaran telah terjawab. Pagi ini menjadi sangat terik, tapi aku
suka. Aku mendapati sebuah kunci tentang manusia. Mereka hidup untuk sebuah sikap,
ada yang memang bergaya menggunakan mobil meski jarak yang ditempuh dekat. Ada
yang hanya ingin menampilkan kesederhanaan, padahal mereka butuh. Dan juga, ia
yang renta pun masih bermain sandiwara. Tak ingin terlihat susah, meskipun ia
merindu orang yang datang.
*ci ci cuitt
Aku terbang kembali
menuju sarang. Ku lihat betinaku dia tersenyum senang, tampak ia membutuhkanku
pulang, menjaga sarang.
*Selesai*
GeeR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar