Ketak-ketik, mencoba merangkai kata yang pas untuk meminta maaf. Tangan keringatan, hati deg-deg’an gak keruan. Kenapa minta maaf itu susahnya seperti pencuri yang mengaku habis melakukan aksi. Rangkaian kata ini semakin semrawut, ketika kesalahan yang dibuat ini sudah tertanam dalam diingatan orang itu.
“ah..susah banget sih” Geramku dalam hati.
- Jingga, aku minta maaf.
Send to: Jingga
Ku tunggu beberapa menit, dan benar kan dugaanku tadi, permohonan maafku ini akan sia-sia. Rangkaian kata itu hanya terlintas sesaat di layar handphone Jingga. Dalam bayangan diatas kepalaku, Jingga sedang marah besar. Ku coba untuk menghubunginya, tak jua ada tanggapan dari seberang sana.
“ah..derita, punya masalah sekecil ini, dibuat jadi besar.” Gerutuku sengit, meremas handphone yang daritadi sudah penuh air keringat.
Sembari menunggu balasan, aku berusaha mengingat, kejadian aneh yang buat aku jadi sengsara siang ini. Sepertinya tadi aku hanya berkata melalui jaringan telepon
“Jingg, aku lagi nikmati sore dipinggir kota, besok kalo kamu disini, aku ajak deh”
“Masa sih?”
“Lho kok tanggapannya datar?”
“Kamu tau, aku lagi merindu, dengan kota yang kau pijak sekarang” (ditutupnya telepon)
Suaranya yang datar, terngiang jelas, aku salah bicara. Bodohnya !
Sekarang sudah hitungan jam, permintaan maafku tak ada balasan. Hening, dan aku mencoba melupakan. Iseng mengoprek dunia maya, hingga aku membuka situs favourite ku, facebook. Aku dan Jingga juga berteman di situs ini. Mataku melotot lebar, ketika ku temui di beranda facebook, Jingga sedang genit bercanda bersama temannya.
Ku coba melihat seksama, dengan membuka profil facebooknya. Dan bagus sekali, aku menemukan hal yang bikin mata ini benar-benar menjadi melotot, tangan mengepal keras. Jingga, ku lihat kamu lebih dari sekedar genit, kamu bahkan tertawa lepas, bersama pria disebuah status. Lihat, kamu bahkan seperti tak mengetahui, aku disini khuatir, aku bahkan bingung sebingungnya mencari kata-kata hanya untuk meminta maaf. Maaf dari kesalahan yang sepele.
Cukup sudah, sepertinya aku tak pantas mengkhuatirkan nya, karena Jingga telah bahagia. Meski aku disini merasa kesal, dan aku akan melakukan aksi “tutup mulut” ketika Jingga datang memberi salam kelak. Aku bukan satu-satunya pria, yang kagum akan tingkah dan sifat Jingga, ternyata masih banyak pria lain.
***
Hargailah sebuah permintaan maaf,
karena kamu akan merasa “maaf” itu menyusahkan.
**
Yogyakarta, dalam sebuah usaha, maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar